Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana Soroti Potensi Gastronomi Lokal di Artisan Food Market Bali

Denpasar, Bali – 2 Oktober 2025 – Di tengah upaya pemerintah untuk mengintegrasikan budaya kuliner sebagai pilar utama pariwisata berkelanjutan, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana melakukan kunjungan ke pameran Wonderful Indonesia Gourmet (WIG) bertajuk “Artisan Food Market” di The Meru Sanur, Bali. Kunjungan ini tidak hanya menjadi momen untuk mencicipi beragam sajian UMKM lokal, tetapi juga menekankan nilai akademis gastronomi sebagai instrumen penghargaan terhadap warisan budaya dan sumber daya alam Indonesia.

Dalam perspektif jurnalistik akademis, acara seperti ini merefleksikan konsep “gastronomi sebagai diplomasi budaya,” di mana makanan tidak sekadar komoditas, melainkan narasi hidup yang menghubungkan identitas nasional dengan pasar global. Widiyanti, dalam pernyataannya yang dikonfirmasi oleh ANTARA di Jakarta pada Rabu kemarin, menegaskan, “Kami percaya bahwa memahami gastronomi juga berarti menghargai produk kuliner yang dibuat dengan keahlian menggunakan bahan-bahan lokal kita sendiri.” Pernyataan ini selaras dengan pendekatan interdisipliner dalam studi pariwisata, di mana gastronomi dianggap sebagai katalisator untuk inklusivitas ekonomi, sebagaimana dibahas dalam kerangka teoritis sustainable tourism oleh para ahli seperti Hall dan Gossling dalam jurnal-jurnal internasional.

Pameran yang dibuka untuk umum hingga 1 Oktober 2025 ini memamerkan spektrum luas kuliner Nusantara, mulai dari cokelat artisan, keju tradisional, tempe inovatif, hingga kacang-kacangan, teh, dan kopi berkualitas tinggi. Lebih dari 20 pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) dari berbagai daerah turut berpartisipasi, termasuk produk food and beverage (F&B) dari Bali, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, serta Kabupaten Kepulauan Sula di Maluku Utara. Pendekatan ini tidak hanya mempromosikan diversitas regional, tetapi juga mendukung model ekonomi sirkular, di mana bahan lokal diolah secara artisan untuk mengurangi ketergantungan impor—sebuah strategi yang sering dikaji dalam literatur ekonomi kreatif Indonesia.

Baca juga : Penangkapan CEO Asing dan Manajer Lokal dalam Kasus Pembunuhan Berbumbu Narkotika di Tangerang

Deputi Bidang Pengembangan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata, Vinsensius Jemadu, menyoroti data yang menunjukkan lebih dari 60 persen wisatawan mancanegara tertarik pada pengalaman budaya Indonesia, termasuk gastronomi yang diakui secara global. “Melalui WIG, pemerintah ingin meningkatkan kualitas dan kesadaran global tentang kuliner serta mengembangkan wisata gastronomi Indonesia dengan nilai-nilai inklusif dan berkelanjutan,” ujar Jemadu. Ia menambahkan bahwa paradigma wisatawan kini bergeser dari kunjungan massal ke pengalaman berkualitas, sebuah tren yang didukung oleh studi kasus dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO), di mana gastronomi berkontribusi hingga 30 persen terhadap pendapatan pariwisata di negara-negara berkembang.

Dari sudut pandang akademis, inisiatif ini mencerminkan transisi dari pariwisata konvensional ke model berbasis kualitas, di mana event seperti Artisan Food Market berfungsi sebagai laboratorium hidup untuk menguji teori value co-creation—di mana wisatawan dan produsen lokal saling menciptakan nilai melalui interaksi langsung.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani Mustafa, memandang pameran ini sebagai platform strategis untuk memperkuat rantai pasok industri F&B. “Penyelenggaraan event seperti Artisan Food Market menjadi wadah untuk memperkuat pelaku industri hingga ekosistem F&B itu sendiri dari hulu ke hilirnya,” katanya. Para koki dan pebisnis restoran dapat bertemu langsung dengan pemasok yang menyediakan bahan seperti beras organik, kudapan tradisional, tempe, keju, hingga wine berstandar internasional.

Analisis akademis menunjukkan bahwa pendekatan ini mendukung konsep resilient supply chains dalam industri makanan, terutama di era pasca-pandemi, di mana ketahanan lokal menjadi kunci untuk mitigasi risiko global. Rizki menekankan, “Kita tahu penting sekali peran industri dalam menyiapkan produk yang akan dikonsumsi oleh wisatawan. Jadi event ini diharapkan menjadi event yang benar-benar dirasakan manfaatnya,” yang menggarisbawahi aspek praktis dari teori pengembangan industri berbasis komunitas.

Menambahkan dimensi pemasaran, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata, Ni Made Ayu Marthini, menyebut Artisan Food Market sebagai ruang interaktif untuk pengenalan, promosi, dan transfer pengetahuan antara pelaku usaha dengan konsumen. “Artisan Food Market kami hadirkan di sini agar masyarakat khususnya di Bali bisa datang, belanja, dan tentu saja diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Made.

Dalam konteks jurnalistik akademis, elemen ini menyoroti peran event sebagai mekanisme knowledge transfer, yang sering dibahas dalam studi komunikasi budaya. Selain pameran utama, rangkaian WIG mencakup gastro tour yang melibatkan media serta key opinion leaders (KOL) internasional dan nasional. Peserta diajak menjelajahi situs bersejarah dan resep warisan Indonesia, menghasilkan konten yang memadukan kearifan lokal, kualitas artisan, dan kreativitas—sebuah narasi holistik yang memperkuat daya tarik gastronomi Indonesia di panggung dunia.

Kunjungan menteri ini tidak hanya menjadi simbol dukungan pemerintah, tetapi juga panggilan untuk penelitian lebih lanjut tentang integrasi gastronomi dalam strategi pariwisata nasional, memastikan bahwa kekayaan kuliner Indonesia tidak hanya dinikmati, tetapi juga dilestarikan untuk generasi mendatang.

Pewarta : Danang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *